STRES
Saat
ini banyak orang berbicara menegenai stres. Kita mendengar topik ini sebagai
bahan pembicaraan sehari-hari, baik di televisi, radio, media online dan surat
kabar. Sayangnya hanya sedikit saja orang yang mengerti konsep stres yang benar.
Manager menganggap stres sebagai frustasi atau ketegangan emosi; seorang remaja
yang kandas cita-citanya dan para atlit yang gagal berprestai karena ketegangan
otot. Secara umum pengertian stres adalah suatu bentuk ketegangan yang
mempengaruhi fungsi alat-alat tubuh. Kalau ketegangan itu berlebihan sehingga
menggangu fungsi alat-alat tubuh tadi, maka keadaan demikian disebut dengan
istilah distres. Stres dalam kehidupan tidak dapat dihindarkan. Masalahnya
adalah bagaimana manusia hidup dengan stres tanpa harus mengalami distres.
Seorang
yang menderita stres, selain terwujud dalam berbagai macam penyakit, dapat pula
terungkap melalui ketidak mampuannya untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, sehingga menderita gangguan kecemasan, depresi dan gangguan
psikosomatik. Penderitaan fisik atau psikis menyebabkan orang tak dapat
berfungsi secara wajar, tak mampu berprestasi tinggi dan sering menjadi masalah
bagi lingkungannya (di rumah, tempat kerja atau lingkungan sosial lainnya),
merupakan akibat dari stres yang berkelanjutan.
a.
Arti
penting stress
Menurut J.P Chaplin dalam kamus lengkap psikologi
mendefinisikan stres sebagai suatu
keadaan tertekan, baik secara fisik
maupun pikologis. Hal senada diungkapkan dalam Atkinson (1983), stress
terjadi ketika orang dihadapkan dengan persitiwa yang mereka rasakan sebagai
mengancam kesehatan fisik maupun psikologisnya. Keadaan sosial, lingkungan, dan
fisikal yang menyebabkan stress dinamakan stressor.
Sementara reaksi orang terhadap peristiwa tersebut dinamakan respon stress, atau secara singkat
disebut stress.
Menurut Lazzarus 1999 “stress adalah
rasa cemas atau terancam yang timbul ketika kita menginterpretasikan atau
menilai suatu situasi sebagai melampaui kemampuan psikologis kita untuk bisa
menanganinya secara memadai” (“Stress is the anxious or threatening feeling
that comes when we interpret or appraise a situation as being more than our
psychological resources can adequately handle”).
b.
Tipe-tipe
stres psikologis
Frustasi
Frustasi muncul karena adanya kegagalan saat ingin mencapai suatu
hal/tujuan. Misalnya seseorang mengalami kegagalan dalam pekerjaan yang
mengakibatkan orang tersebut harus turun jabatan. Orang yang memiliki tujuan
tersebut mendapat beberapa rintangan/hambatan yang tidak mampu ia lalui
sehingga ia mengalami kegagalan atau frustasi. Frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat
badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana
alam, kematian orang yang dicintai, krisis ekonomi, pengangguran,
perselingkuhan, dan lain-lain.
Konflik
Konflik ditimbulkan karena ketidakmampuan memilih dua atau lebih macam
keinginan, kebutuhan, atau tujuan. Saat seseorang dihadapkan dalam situasi yang
berat untuk dipilih, orang tersebut akan mengalami konflik dalam dirinya.
Bentuk konflik digolongkan menjadi tiga bagian, approach-approach conflict,
avoidant-avoidant conflict, approach-avoidant conflict
- approach-approach conflict adalah suatu konflik
antara dua tujuan yang positif , tujuan-tujuan secraa bersama itu
mempunyai daya tarik yang sama. Misalnya: suatu konflik psikologis muncul
ketika seseorang lapar dan ngantuk pada saat yang sama.
- avoidant-avoidant conflict adalah konflik yang
melibatkan dua tujuan negatif, dan ini suatu pengalaman yang biasa.
Misalnya: seorang siswa harus belajar untuk dua hari berikutnya untuk satu
ujian atau mendapatkan kegagalan.
- approach-avoidant conflict adalah konflik yang
paling sulit dipecahkan. Dalam jenis konflik ini, seseorang tertarik dan menolak
objek tujuan yang sama. Karena valensi positif dari tujuan ini, orang
mendekatinya; tetapi jika didekati, valensi negatifnya semakin kuat. Jika,
pada satu titik mendekati tujuan, aspek-aspek yang menghambat menjadi
lebih kuat daripada aspek-aspek positif, orang akan menghentikan usahanya
sebelum mencapai tujuan. Karena tujuan tidak tercapai individu bias
menjadi frustasi.
Tekanan
Tekanan timbul dari tuntutan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari
dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi sehingga
menimbulkan tekanan dalam diri seseorang. Tekanan juga berasal dari luar diri
individu, misalnya seorang teman yang memaksa kita agar memberi contekan disaat
ujian berlangsung.
Kecemasan
Kecemasan adalah emosi tidak menyenangkan yang ditandai oleh perasaan
seperti “khawatir”, “prihatin”, “tegang”, dan “takut” yang dialami oleh semua
manusia tetapi dengan kadar dan tingkatan yang berbeda-beda. Misalnya seorang
anak yang sering dimarahi ibunya, anak tersebut akan merasakan kecemasan yang
cukup tinggi jika ia melakukan hal yang akan membuat ibunya marah padahal ibu
si anak tersebut belum tentu marah padanya.
c.
Symptom-reducing
respons terhadap stres
- Mekanisme Pertahanan Diri -
Ø Indentifikasi
Indentifikasi dapat didefinisikan sebagai
metode yang digunakan orang untuk mengambil alih ciri-ciri orang lain dan
menjadikannya bagian yang tak terpisahkan dari kepribadiannya sendiri. Misalnya
seorang anak perempuan yang menganggap ibunya memiliki kepribadian yang
menyenangkan, cara bicara yang halus, suka berdandan dan sebagainya, maka anak
perempuan tersebut akan meniru dan berperilaku seperti ibunya.
Ø Kompensasi
Seorang individu tidak memperoleh kepuasan
dibidang tertentu, tetapi mendapatkan kepuasaan dibidang lain. Misalnya Riza
memiliki nilai yang buruk dalam pelajaran Fisika, namun prestasi olahraga yang
ia miliki sangat memuaskan.
Ø Pembentukan Reaksi/ Reaction Formation
Perilaku seseorang yang gagal mencapai tujuan
dan orang tersebut tidak mengakui tujuan pertama tersebut dengan cara melupakan
serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan dengan tujuan
pertama. Misalnya seorang ibu yang membenci anaknya karena kehadiran anak tadi
tidak diinginkan sehingga ibu tadi ingin membunuh anaknya, namun sang ibu malah
bertindak sebaliknya, ia sangat menyayangi anaknya.
Ø Sublimasi
Sublimasi adalah suatu mekanisme sejenis yang
memegang peranan positif dalam menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan
kegiatan yang konstruktif. Penggantian objek dalam bentuk-bentuk yang dapat
diterima oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi. Misalnya korupsi adalah
perbuatan yang tidak dibenarkan oleh norma-norma masyarakta atau agama. Agar
tidak dianggap sebagai koruptor wawan mengamalkan sebagian hasil korupsinya
untuk membantu anak yatim piatu.
Ø Proyeksi
Proyeksi adalah proses pertahanan yang secara
langsung tidak disadari dan dimana individu yang bersangkutan itu tidak mau
menyadari/mengakui. Misalnya Tito membenci Toni, namun karena toni adalah kaka
kandungnya, maka Tito mengatakan bahwa Toni yang membenci dia.
Ø Introyeksi
Introyeksi adalah memasukan dalam diri pribadi
dirinya sifat-sifat pribadi orang lain. Misalnya seorang wanita mencintai
seorang pria lalu ia memasukkan pribadi pria tersebut ke dalam pribadinya.
Ø Reaksi Konversi
Secara singkat mengalihkan koflik ke alat
tubuh atau mengembangkan gejala fisik. Misalnya belum belajar saat menjelang
bel masuk ujan, seorang anak wajahnya menjadi pucat berkeringat.
Ø Represi
Represi adalah konflik pikiran, impuls-impuls
yang tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan ke dalam alam tidak sadar dan
dengan sengaja melupakan. Misalnya seorang mahasiswa bertemu dengan wanita
cantik, putih dan seksi. Namun setelah disadari ternyata wanita cantik itu
adalah dosennya yang telah bersuami. Sehingga gairahnya tadi ditekan kea lam
tidak sadar.
Ø Supresi
Supresi yaitu menekan konflik impuls yang
tidak dapat diterima secara sadar. Individu tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang
menyenangkan dirinya. Misalnya dengan berkata “Sebaiknya kita tidak
membicarakan hal itu lagi.”
Ø Regresi
Regresi adalah mekanisme perilaku seorang yang
apabila menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri dari pergaulan. Misalnya
artis yang sedang digosipkan selingkuh karena malu maka ia menarik diri dari
perkumpulannya.
Ø Fantasi
Fantasi adalah kemampuan mental untuk
membentuk tanggapan-tanggapan atau bayangan-bayanagan baru. (Walgito, 2004:139).
Misalnya seorang wanita yang tidak memiliki uang untuk pergi ke paris ia
melamunkan berbagai fantasi dirinya seolah-olah sedang berada di paris.
Ø Negativisme
Negativisme adalah perilaku seseorang yang
selalu bertentangan dengan perilaku tidak terpuji. Misalnya seorang teman yang
mengajak Rika mencuri, namun Rika menolaknya.
Ø Sikap Mengritik Orang Lain
Bentuk pertahanan diri untuk menyerang orang
lain dengan kritikan-kritikan. perilaku ini termasuk perilaku agresif yang
aktif. Misalnya seorang karyawan yang berusaha menjatuhkan karyawan lain dengan
adu argument saat rapat berlangsung.
d.
Pendekatan
problem solving terhadap stress
Problem
Solving
Kita
mengalahkan stress dengan cara menyelesaikan problem stressor (hal yang membuat
stress itu). Misalnya, kita stress karena menderita suatu penyakit, maka kita menyelesaikan
masalah dengan berobat sehingga penyakit kita bisa sembuh. Atau bisa juga
dengan mengusahakan agar kita bisa menyesuaikan diri dengan situasi yang
terjadi (bila situasinya sendiri tidak bisa dirubah).
_Meningkatkan
Toleransi Stress_
Mengarahkan
diri pada kegiatan yang posotif, bisa secara psikis maupun fisik, misalnya
secara psikis: menyadari bahwa didalam kehidupan semua orang pernah mengalami
stress, walaupun dalam bentuk dan tingkat yang berbeda-beda. Secara fisik:
berolahraga dipagi hari, membaca komik lucu atau menonton hiburan di Tv,
melakukan wisata alam, mengkonsumsi makanan yang bisa meralaksasi seperti
coklat.
Menghilangkan
stress mekanisme pertahanan dan penanganan yang berfokus pada masalah. Menurut
Lazurus dan Folkman penanganan stress atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
- problem focused coping (Coping yang berfokus pada masalah) adalah istilah Lazurus untuk strategi
kognitif untuk penanganan dtress atau coping yang digunakan oleh individu yang
mengahadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
- problem focused
coping (Coping yang berfokus pada emosi) adalah isitlah Lazurus untuk strategi penanganan stress diaman
individu memberikan respon terhadad situasi stress dengan cara emosional,
terutama dengan menggunakan penialaian defensif.
Hubungan Interpersonal
Menurut
Pearson (1983) manusia adalah makhluk sosial, artinya sebagai makhluk sosial,
kita tidak dapat menjalin hubungan sendiri, kita selalu menjalin hubungan
dengan orang lain, mencoba untuk mengenali dan memahami kebutuhan satu sama
lain, membentuk interaksi serta berusaha mempertahankan interaksi tersebut.
Kita melakukan hubungan interpersonal ketika mencoba untuk berinteraksi dengan
orang lain. Hubungan interpersonal adalah hubungan yang terdiri atas dua orang
atau lebih yang memiliki ketergantungan satu sama lain dan menggunakan pola
interaksi yang konsisten. Ketika akan menjalin hubungan interpersonal, akan
terdapat suatu proses dan biasanya dimulai dengan interpersonal attraction.
a.
Model-model
hubungan interpersonal
·
Model
pertukaran sosial (social exchange model).
Hubungan
interpersonal diidentikan dengan suatu transaksi dagang. Orang berinteraksi
karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Artinya dalam hubungan
tersebut akan menghasilkan ganjaran (akibat positif) atau biaya (akibat
negatif) serta hasil / laba (ganjaran dikurangi biaya).
·
Model peranan (role model).Hubungan interpersonal diartikan
sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang memainkan peranannya sesuai
naskah yang dibuat masyarakat. Hubungan akan dianggap baik bila individu
bertindak sesuai ekspetasi peranan (role expectation), tuntutan peranan (role
demands), memiliki ketrampilan (role skills) dan terhindar dari konflik
peranan. Ekspetasi peranan mengacu pada kewajiban, tugas dan yang berkaitan
dengan posisi tertentu, sedang tuntutan peranan adalah desakan sosial akan
peran yang harus dijalankan. Sementara itu ketrampilan peranan
adalah kemampuan memainkan peranan tertentu.
·
Model permainan (games people play model).
Model menggunakan pendekatan analisis
transaksional. Model ini menerangkan bahwa dalam berhubungan individu-individu
terlibat dalam bermacam permaianan. Kepribadian dasar dalam permainan ini
dibagi dalam 3 bagian yaitu :
a)
Kepribadian orang tua (aspek kepribadian
yang merupakan asumsi dan
perilaku yang diterima dari orang tua
atau yang dianggap sebagi orang tua).
b)
Kepribadian orang dewasa (bagian kepribadian
yang mengolah informasi
secara rasional).
c)
Kepribadian anak (kepribadian yang
diambil dari perasaan dan pengalaman
kanak-kanak yang mengandung potensi
intuisi, spontanitas, kreativitas dan kesenangan).
·
Model
Interaksional (interacsional model).
Model
ini memandang hubungann interpersonal sebagai suatu sistem . Setiap sistem
memiliki sifat struktural, integratif dan medan. Secara singkat model ini
menggabungkan model pertukaran, peranan dan permainan.
b.
Pembentukan
kesan dan ketertarikan interpersonal
Memulai suatu hubungan. Dalam memulai
suatu relasi, individu satu dengan yang lain biasanya melalui proses berikut:
Pembentukan
Kesan : Kesan
muncul dalam waktu singkat, biasanya hanya merupakan hasil pengamatan indera
semata (misal: kontak mata), merupakan penilaian singkat yang disesuaikan
dengan harapan subjektif, serta hanya menyimpan sedikit informasi tentang objek
pengamatan tersebut. Objek kesan antara lain: jenis kelamin, usia, ras, daya
tarik fisik, cara berpakaian. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesan:
a. Terbatasnya
informasi
b. Kesamaan
(asumsi kesamaan), membandingkan objek dengan diri kita.
c. Isyarat
yang keliru, seperti: perempuan yang ramah pasti mau diajak kencan.
d. Stereotipe,
merupakan keyakinan umum, seperti: rambut gondrong pasti anak berandal;
profesor biasanya berkepala botak.
e. Kesalahan
logis, seperti: orang yang mudah menarik perhatian biasanya cerdas dan intelek
atau orang sukses dan sebaliknya.
f. Hallo
effect dan devil effect, rasa suka atau tidak suka akan mempengaruhi penilaian
kita terhadap perilaku orang lain.
Ketertarikan
Interpersonal:
Individu mulai tertarik pada individu lain karena beberapa faktor berikut:
a. Kedekatan fisik (physical
proximity), misal: satu fakultas, tetangga dekat.
b. Kesamaan diri, contoh: punya kesamaan
prinsip, sikap, atau latar sosial budaya.
c. Saling menyukai (mutual liking).
Penelitian Aronson (1980) yang terkait:
•Kita akan menyukai orang yang
menyukai kita
•Orang akan menyukai kita apabila
kita menyukainya
•Kita
lebih menyukai seseorang yang rasa sukanya mulai muncul atau bertambah kepada
kita, daripada dengan orang yang telah dari dulu menyukai kita.
d. Ketertarikan fisik, biasanya
tergantung pada standar individu, jenis kelamin, dan budaya.
• Laki-laki menyukai perempuan
karena daya tarik seksualnya.
• Perempuan menyukai laki-laki
karena kepribadiannya atau kecakapannya.
c.
Intimasi
dan hubungan pribadi
Intimasi ( kelekatan atau keakraban
) atau sering disebut juga sebagai
proximity, propinquity.
Orang
yang mempunyai kesempatan paling sering kita jumpai adalah orang yang sangat
mungkin menjadi sahabat kita atau kita cintai ( Berscheid & Reis, 1998 ).
Semakin sering kita melihat dan berinteraksi dengan seseorang, semakin besar
kemungkinan orang itu menjadi sahabat kita.
Festinger dkk (1950) menunjukkan
bahwa ketertarikan dan kedekatan hubungan tidak hanya tergantung pada fisik
yang nyata, melainkan juga karena jarak fungsional. Jarak fungsional menunjuk
pada aspek desain arsitektur yang memungkinkan beberapa orang bertemu lebih
sering.
Efek keakraban terjadi karena
familiaritas. Semakin sering kita mengalami eksposur suatu stimulus, semakin
besar kecenderungan kita untuk menyukainya.
Hubungan Pribadi
Ada
dua hal yang mengawali suatu hubungan pribadi, yaitu kondisi suka dan cinta.
Hal ini berbeda menurut beberapa ahli psikologi seperti Rubin, menurutnya :
-
Kesukaan lebih didasarkan pada afeksi dan respek. Hal ini dikaitkan dengan
kesepakatan tentang kualitas positif seorang teman dan kebutuhan untuk menjadi
sama dengan teman tersebut.
- Kecintaan
bersandar pada keintiman, kelekatan dan peduli terhadap kesejahteraan
pihak lain.
Berawal
dari hal – hal tersebut, terbentuklah suatu hubungan seperti relasi sosial dan
pasangan hidup. Baik relasi jangka pendek maupun jangka panjang.
Referensi:
Basuki,
A.M. Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta : Universitas Gunadarma.
Supratiknya,
A. (1978). Psikologi Kepribadian. Yogyakarta : Kanisius.
Riyanti,
Dwi B.P., Prabowo, Hendro. (1998). Psikologi Umum 2. Jakarta : Universitas
Gunadarma.
Handout
Psikologi Sosial II : Ketertarikan Interpersonal/MM. Nilam Widyarini