Minggu, 16 Maret 2014

Kesehatan Mental

a. Orientasi kesehatan mental
§  Orientasi Klasik
Seseorang dianggap sehat bila ia tidak mempunyai keluhan tertentu seperti ketegangan, rasa lelah, cemas, rendah diri atau perasaan tidak berguna yang semuanya menimbulkan perasaan sakit atau rasa tidak sehat, serta mengganggu efisiensi kegiatan sehari – hari. Orientasi ini banyak dianut di lingkungan kedokteran. (Rochman, Kholil Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: STAIN Press)
Pada orientasi klasik ini, kesehatan mental hanya menunjuk kepada individu yang tidak memiliki keluhan tertentu secara mental yang dapat menimbulkan perasaan sakit bahkan sampai kepada mengganggu segala aktivitas keseharian yang dilakukan individu tersebut.
§  Orientasi Penyesuain Diri
Seseorang dianggap sehat mental bila ia mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan orang – orang lain serta lingkungan sekitarnya. (Rochman, Kholil Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: STAIN Press)
Pada orientasi penyesuaian diri ini, ukuran individu yang dikategorikan sehat secara mental apabila individu tersebut dapat menyesuaikan diri dengan segala tantangan dan tuntutan dari lingkungan dan sekitarnya. Dari penyesuaian diri tersebut, kemudian individu dapat mengembangkan diri yang sesuai dengan tantangan dan tuntutan yang menghadang.
§  Orientasi Pengembangan Potensi
Seseorang dianggap mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan sehingga ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri. (Rochman, Kholil Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: STAIN Press)
Pada orientasi pengembangan potensi ini, ukuran individu yang dikategorikan sehat secara mental, dapat mencapai proses kedewasaan dimana individu tersebut dapat menghargai diri sendiri dan dihargai orang lain melalui pengembangan potensi, minat dan bakat yang ada didalam dirinya.



b.      Konsep Sehat

Setiap manusia pasti menginginkan sehat, namun tidak semua orang mengetahui bagamaimana gaya hidup bahkan pola hidup sehat, lalu apa Apa itu Hidup Sehat? secara universal sehat itu adalah seseorang yang hidup dengan pola hidup dan berasumsi makanan yang empat sehat lima sempurna.
·        Konsep sehat adalah konsep yang timbul dari diri kita sendiri secara sadar mengenai berbagai upaya untuk mendapatkan status sehat bagi tubuh kita. Pemahaman konsep sehat ini juga bisa diartikan sebagai keseimbangan, keserasian, keharmonisan antara faktor pikir (akal), jiwa (mental/spiritual), dan raga (fisik, lahiriah).
Konsep sehat itu sendiri yang lebih banyak ditemui konsep tentang sakit, ini membuat pemahaman tentang sehat mengalami kerancuan dalam batasan kesehatan sebagai pegangan suatu derajat yang harus dicapai seseorang. Ada perbedaan antara model kesehatan Barat dan Kesehatan Timur. Model kesehatan Barat lebih memandang kesehatan bersifat dualistik yaitu mengibaratkan manusia sebagai mesin yang sangat dipengaruhi oleh dominasi medis. Sedangkan model kesehatan Timur lebih bersifat holistik, yaitu melihat sehat lebih secara menyeluruh saling berkaitan sehingga berpengaruh pada cara penanganan terhadap penyakit.
·         World Health Organization (WHO) mendefinisikan sehat sebagai kondisi manusia yang tidak saja sehat secara fisik melainkan juga sehat secara psikologis dan sosial. Selain itu, juga sehat secara spiritual (rohani) atau agama, jadi terdapat empat dimensi sehat, yakni bio-psiko-sosio-spiritual.
Sehat dapat dikatakan, sutatu kondisi normal (baik) secara fisik, emosi (EQ), intelektual (IQ), spritual (SQ) dan sosial. Dari pernyataan diatas sudah bisa didapat tentang dimensi sehat, berikut pemahamannya:
1.        Fisik
Dapat dikatakan sehat bila secara fisiologis (fisik) terlihat normal tidak cacat, tidak mudah sakit, tidak kekurangan sesuatu apapun.

2.        Emosi
Orang yang sehat secara emosi dapat terlihat dari kestabilan dan kemampuannya mengontrol dan mengekspresikan perasaan (marah, sedih atau senang) secara tidak berlebihan.

3.        Intelektual
Dikatakan sehat  secara intelektual yaitu jika seseorang memiliki kecerdasan dalam kategori yang baik mampu melihat realitas. Memilki nalar yang baik dalam memecahkan masalah atau mengambil keputusan

4.        Spiritual
Sementara orang yang sehat secara spiritual adalah mereka yang memiliki suatu kondisi ketenangan jiwa dengan id mereka secara rohani dianggap sehat karena pikirannya jernih tidak melakukan atau bertindak hal-hal yang diluar batas kewajaran sehingga bisa berpikir rasional.

5.        Sosial
Sehat secara sosial dapat dikatakan mereka yang bisa berinteraksi dan berhubungan baik dengan sekitarnya.mampu untuk bekerja sama.

c.       Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
           
Penyakit mental sama usianya dengan manusia. Meskipun secara mental belum maju, nenek moyang homo sapiens mengalami gangguan-gangguan mental juga. Mereka dan keturunan mereka sangat takut akan predator. Mereka menderita berbagai kecelakaan dan demam yang merusak mental mereka, dan mereka juga merusak mental orang-orang lain dalam perkelahian-perkelahian. Sejak itu manusia dengan rasa putus asa selalu berusaha menjelaskan penyakit mental, mengatasinya, dan memulihkan kesehatan mental. Mula-mula penjelasannya sederhana, ia menghubungkan kekalutan-kekalutan mental dengan gejala-gejala alam, pengaruh buruk orang lain, atau roh-roh jahat. Beberapa tokoh yang berpendapat mengenai kesehatan mental:
1.             Phytagoras (orang yang pertama memberi penjelasan alamiah terhadap penyakit
mental)
2.             Hypocrates (bahwa penyakit otak adalah penyebab penyakit mental)
3.       Plato (gangguan mental sebagian gangguan moral, gangguan fisik atau sebagian dari dewa-dewa)

Lalu pada zaman abad pertengahan gangguan mental pada zaman ini digunakan sebagai perawatan dengan cara menggunakan jimat-jimat, ritual-ritual, dan juga mantra-mantra.

Sedangkan pada zaman ranaisans para tokoh keagamaan, ilmu kedokteran, dan juga filsafat di Negara Eropa mulai menyangkal bahwa gangguan mental adalah dunia tahayul.

Kemudian pada era pra ilmiah ada 2 kepercayaan diri, yaitu yang pertama adalah kepercayaan animisme, pada kepercayaan ini orang-orang Yunani kuno percaya bahwa orang yang mengalami gangguan mental adalah karena dewa marah kepadanya dan membawa pergi jauh jiwanya. Kepercayaan yang ke dua adalah naturalisme, pada kepercayaan ini Hipocrates (460-367) menolakpengaruh roh, dewa, setan atau hantu sebagai penyebab penyakit seseorang. Seorang dokter di Prancis mengunakan filsafat politik dan sosial yang baru untuk memecahkan problem penyakit mental tersebut, dan terbukti tidak sedikit dari penderita gangguan mental tidak lagi menyakiti dirinya sendiri.

Dan pada akhirnya di era modern, pada era ini Rush melakukan sesuatu usaha yang sangat berguna untuk memahami seseorang yang menderita gangguan mental melalui penulisan di artikel-artikel. Rush juga mengadakan pengobatan kepada pasien dengan memberikan dorongan atau motivasi untuk reaksi, bekerja dan mencari kesenangan.pada tahun 1909 munculah gerakan hygiene secara formal, dan seiring dengan berkembangannya zaman munculah beberapa organisasi mental hygiene terus bertambah.



Teori Kepribadian Sehat Menurut Para Tokoh
A.    Aliran Psikoanalisa

Disaat membaca buku kepribadian aliran psikoanalisa langsung terlintas nama Sigmund Freud. Iyaa, memang benar kalau psikoanalisa terkenal oleh tokoh Sigmund Freud. Sigmund Freud lahir di Moravia, 6 Mei 1856 dan wafat di London, 23 September 1939. Beliau  disebut sebagai bapak psikoanalisa. Dalam teori psikoanalisanya Freud menjelaskan tentang struktur kepribadian individu, kepribadian tersusuan dari 3 sistem pokok, yaitu:
a.)    Id 
Id merupakan sistem kepribadian yang asli, dimana id merupakan rahim tempat ego dan superego berkembang. Id berisikan segala sesuatu yang secara psikologis ada sejak lahir dan merupakan reservoir energi psikis. Id berhubungan erat dengan proses-proses jasmaniah dari mana id mendapatkan energinya. Id memiliki dua proses yaitu tindakan refleks dan proses primer. Tindakan refleks adalah reaksi-reaksi otomatik seperti bersin dan berkedip. Sedangkan proses primer yang menghentikan tegangan dengan membentuk khayalan tentang objek yang dapat menghilangkan tegangan tersebut. Contoh menyediakan khayalan makanan kepada orang yang lapar.
b.)   Ego
Ego timbul karena kebutuhan-kebutuhan organisme memerlukan transaksi-transaksi yang sesuai dengan dunia kenyataan objektif. Perbedaan pokok antara id dan ego adalah id hanya mengenal kenyataan subjektif-jiwa, sedangkan ego membedakan antara hal-hal yang terdapat dalam batin dan hal-hal yang terdapat dalam dunia luar. Ego disebut sebagai eksekutif kepribadian, karena ego mengontrol pintu-pintu ke arah tindakan , memilih segi-segi lingkungan ke mana ia akan memberikan respon dan memutuskan insting manakah yang akan dipuaskan.
c.)    Superego 
Superego adalah perwujudan internal dari nilai-nilai dan cita-cita tradisional masyarakat. Superego juga mencerminkan yang ideal dan bukan yang real; memperjuangkan kesempurnaan dan bukan kenikmatan. superego disebut sebagai wasit tingkah laku yang diinternalisasikan berkembang dengan memberikan respon terhadap hadiah-hadiah dan hukuman-hukuman yang diberikan.
Teori analisa Freud juga menilai kepribadian pribadi motif tidak sadar pada perilaku individu. Pada bagian ketidaksadaran inilah Freud berusaha meneliti dengan menggunakan teknik asosiasi bebas yang menghendaki individu mengutarakan hal-hal yang muncul dalam kesadarannya maupun hal-hal yang dapat membuat malu atau tidak berarti. Dengan menggunakan teknik asosiasi bebas Freud mencoba membantu pasiennya menyadari hal-hal yang tidak disadari dan cara demikian pun dapat membantu menemukan faktor utama penentu kepribadian individu.

Menurut Freud fase-fase perkembangan individu didorong oleh energi psikis yang disebut libido. Libido insting kehidupan yang bersifat seksual yang ada sejak manusia lahir. Ada 6 fase yang membagi perkembangan manusia menurut Freud:

a.       Fase oral (0-1 tahun) : Disini anak mendapatkan kenikmatan dan kepuasan dengan
berorientasi pada mulut. Kontak sosial lebih bersifat fisik seperti menyusui. Peran sosial biasanya dipegang oleh ibu.

b.      Fase anal (1–3 tahun) : Pada fase ini kenikmatan berpusat didaerah anus, seperti saat
buang air besar. Inilah saat untuk mengajarkan disiplin pada anak.

c.       Fase falik (3–5 tahun) : Pusat kepuasan pada fase ini adalah alat kelamin. Anak mulai
tertarik pada perbedaan anatomis laki-laki dan perempuan, dan biasanya difigurkan oleh ayah dan ibu. Pada anak laki-laki terjadi Oedipus Kompleks atau gairah seksual.

d.  Peride laten (5–12 tahun) : Meupakan masa tenang dimana anak mulaimengembangkan kemampuan motorik dan kognitifnya. Anak mulai mencoba menekan rasa takut dan cemas. Anak mulai mencari figur ideal saat ia dewasa, homoseksual alami mulai bisa terlihat pada masa ini.

e.       Fase genital ( > 12 tahun ) : Tahap kematangan pada alat reproduksi, pusat kepuasaan berada di daerah kelamin. Disini libido mulai diarahkan untuk hubungan heteroseksual. Dan mulai merasakan cinta kepada lawan jenis

B.     Aliran Humanistik

Abraham Maslow dilahirkan 1 April 1908 di Brooklyn, New York, dan wafat pada 8 juni 1970 dalam usia 62 tahun di California. Maslow dibesarkan dalam keluarga yahudi dan merupakan anak tertua dari tujuh bersaudara. Masa muda Maslow berjalan dengan tidak menyenangkan karena hubungan yang buruk dengan kedua orang tuanya. Semasa anak-anak dan remaja Maslow merasa dirinya amat menderita dengan perlakuan orangtuanya, terutama ibunya.
Keluarga Maslow amat berharap ia dapat meraih sukses melalui dunia pendidikan. Untuk menyenangkan kemauan ayahnya, Maslow sempat belajar di bidang hukum tapi gagal. Ia akhirnya mengambil bidang studi psikologi di University of Wisconsin, dan memperoleh gelar bachelor pada 1930, master pada 1931, dan Ph.D pada 1934.

Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Humanistik adalah aliran dalam psikologi yang bermulai di Amerika serikat pada tahun 1950 dan terus berkembang. Menurut psikologi humanistik manusia adalah makhluk kreatif, yang dikendalikan oleh nilai-nilai dan pilihan-pilihannya sendiri bukan oleh kekuatan-kekuatan ketidaksadaran.
Kepribadian yang sehat menurut humanistik, perilaku yang mengarah pada aktualisasi diri:
1.      Menjalani hidup seperti seorang anak, dengan penyerapan dan konsentrasi
sepenuhnya.
2.      Mencoba hal-hal baru ketimbang bertahan pada cara-cara yang aman dan tidak
berbahaya.
3.      Lebih memperhatikan perasaan diri dalam mengevaluasi pengalaman ketimbang suara tradisi, otoritas, atau mayoritas.
4.      Jujur ; menghindari kepura-puraan dalam “bersandiwara”.
5.      Siap menjadi orang yang tidak popular bila mempunyai pandangan sebagian besar
orang.
            6.   Memikul tanggung jawab.
            7.   Bekerja keras untuk apa saja yang ingin dilakukan.
            8.   Mencoba mengidentifikasi pertahanan diri dan memiliki keberanian untuk
  menghentikannya.

Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan) yang dituangkan dalam bukunya “Motivation and Personality”. Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Kebutuhan fisiologis (the physiological needs) adalah kebutuhan yang jelas terhadap
makanan, air, udara, tidur, dan seks. Pemuasan terhadap kebutuhan-kebutuhan itu sangat penting untuk kelangsungan hidup.
2.      Kebutuhan akan rasa aman (the safety needs) adalah kebutuhan yang mencakup
kebutuhan untuk dilindungi dari bahaya dan ancaman fisik.
3.      Kebutuhan untuk dicintai dan memiliki (the loved and belongingness needs) adalah
kebutuhan setiap orang untuk menjadi anggota kelompok sosial, ingin mempunyai teman, dan kekasih.
4.      Kebutuhan untuk dihargai (the self-esteem needs) dibagi menjadi dua yaitu; internal
dan eksternal. Faktor internal seperti harga diri, kepercayaan diri, otonomi dan kompetensi. Faktor eksternal seperti kebutuhan untuk dikenali, diakui dan status.
5.      Kebutuhan untuk aktualisasi diri (the self-actualization needs) adalah kebutuhan untuk
melalukan pekerjaan sesuai dengan kemampuan yang dirasakan dimiliki. Kebutuhan untuk dapat merealisasikan potensinya secara penuh.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut  dikatakan berhirarki karena kebutuhan yang lebih tinggi menuntut dipenuhi apabila kebutuhan yang tingkatnya lebih  rendah sudah terpenuhi.

A.    Pendapat Erich Fromm
Erich fromm lahir 23 maret 1900 di Frankfurt, Jerman dan wafat pada 18 maret 1980 usia 79 tahun di Switzerland. Menurut Erich Fromm, manusia adalah makhluk sosial. Berdasar pada pendapat tersebut, maka salah satu ciri pribadi yang sehat berarti adanya kemampuan untuk hidup dalam masyarakat sosial. Masyarakat sangat penting peranannya dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian seseorang merupakan hasil dari proses sosial di dalam masyarakat. Masyarakat yang menjadikan seseorang berkepribadian sehat adalah masyarakat yang hubungan sosialnya sangat manusiawi.
Menurut Fromm, ada lima watak sosial di dalam masyarakat yaitu:
1) Penerimaan (receptive)
2) Penimbunan (hoarding)
3) Penjualan/pemasaran (marketing)
4) Penghisapan/pemerasan (exploitative)
5) Produktif (productive)
Dari kelima watak sosial ini yang benar-benar tepat dan sehat hanyalah watak produktif karena watak produktif didorong oleh cinta dan akal budi dan dapat membantu perkembangan dan pertumbuhan pribadi dan masyarakat.
Masyarakat yang baik itu perlu ditopang dengan cinta. Oleh karena itu, Fromm menyebutkan 5 tipe yang berbeda tentang cinta, yaitu:
1) Cinta persaudaraan
2) Cinta keibuan
3) Cinta erotik
4) Cinta diri
5) Cinta ilahi

Menurut Fromm, cinta sangat penting untuk membangun dunia yang lebih baik sebab yang dicari setiap orang di dalam masyarakat bukan penderitaan.
Jadi menurut Fromm, pribadi yang sehat adalah pribadi yang mampu hidup dalam masyarakat sosial yang ditandai dengan hubungan-hubungan yang manusiawi, diwarnai oleh solidaritas penuh cinta dan tidak saling merusak atau menyingkirkan satu dengan lainnya. Tujuan hidup seorang pribadi adalah keberadaan dirinya itu sendiri dan bukan pada apa yang dimiliki, pada apa kegunaannya atau fungsinya (A man whose goal in life is being, not having and using). Dengan demikian, menurut Fromm, orang yang berkepribadian sehat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a.)    mampu mengembangkan hidupnya sebagai makhluk sosial di dalam masyarakat,
b.)    mampu mencintai dan dicintai,
c.)    mampu mempercayai dan dipercayai tanpa memanipulasi kepercayaan itu,
d.)   mampu hidup bersolidaritas dengan orang lain tanpa syarat,
e.)    mampu menjaga jarak antar dirinya dengan masyarakat tanpa merusaknya
f.)     memiliki watak sosial yang produktif


Apa Penyesuaian Diri itu?
Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya. Atas dasar pengertian tersebut  dapat diberikan batasan bahwa kemampuan manusia sanggup untuk membuat hubungan-hubungan yang menyenangkan antara manusia dengan lingkungannya.


Dalam kehidupan sehari-hari, Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa/mental individu. Banyak individu  yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidak-mampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya. Tidak jarang pula ditemui bahwa orang-orang mengalami stres dan depresi disebabkan oleh kegagalan mereka untuk melakukan penyesaian diri dengan kondisi yang penuh tekanan.


Penyesuaian dapat diartikan atau dideskripsikan sebagai berikut :
Ø  Penyesuaian berarti adaptasi; dapat mempertahankan eksistensinya, atau bisa  survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
Ø    Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip.
Ø  Penyesuaian dapat diartikan sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi respon-respon sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan dan frustasi-frustasi secara efisien. Individu memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang adekkuatt/ memnuhi syarat.
Ø  Penyesuaian dapat diartikan penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan emosional maksudnya ialah secara positifn memiliki respon emosional yang tepat pada setiap situasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkungan.




Referensi:
Basuki, A.M. Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta : Universitas Gunadarma.
Supratiknya, A. (1978). Psikologi Kepribadian. Yogyakarta : Kanisius.
Riyanti, Dwi B.P., Prabowo, Hendro. (1998). Psikologi Umum 2. Jakarta : Universitas Gunadarma.
Munandar, Sunyoto Ashar. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : Universitas Indonesia.
Id.m.wikipedia.org/wiki/Abraham_maslow
http://rumusbelajar.blogspot.com/2012/12/pengertian-penyesuaian-diri.html
books.google.co.id/books?id=x02WtN7qAEMC&pg=PA103&lpg=PA103&dq=5+watak+sosial+menurut+fromm&source=bl&ots=3r0P04QNNr&sig=Gl32mRNmNeF7GOqioIX6sluAjyo&
http://www.gunadarma.ac.id