Psikoterapi
adalah terapi yang dilakukan secara psikologis terhadap gangguan atau hambatan
psikis yang dialami klien, yang dilakukan oleh tenaga-tenaga psikolog yang
sudah terlatih dengan baik. Yaitu tenaga yang memiliki keahlian profesi
psikologi, mempunyai pemahaman terapi psikologis, dan mempunyai kewenangan
untuk bertanggung jawab terhadap proses psikoterapi.
1.
Dibawah ini merupakan jenis-jenis pendekatan yang ada didalam
psikoterapi:
a.
Pendekatan
Psikodinamika dalam Psikoterapi
Pendekatan
ini fokus pada mengubah masalah perilaku, perasaan dan pikiran dengan cara
memahami masalah yang biasanya tersembunyi di pikiran bawah sadar.
Psikodinamika pertama kali diciptakan oleh Sigmund Freud (1856-1939), beliau
merupakan sorang neurologis dari Austria.
Menurut
Freud kepribadian terdiri atas tiga aspek, yaitu:
a. Das
Es (the id) merupakan aspek biologis yang dibawa sejak lahir atau kebutuhan
yang ingin dipenuhi.
b. Das
Ich (the ego) merupakan aspek psikologis yang bertugas sebagai pelaksana
kebutuhan (id)
c. Das
Ueber Ich (the superego) merupakan aspek sosiologis yang mengontrol baik-buruk,
boleh-tidaknya sesuatu dorongan ego agar tidak bertentangan dengan moral/norma.
Terdapat
lima etode metode yang digunakan freud untuk trapeutik adalah
asosiasi bebas , analisis mimpi, analisis resistensi, analisis
transferensi, penafsiran :
1. Asosiasi
Bebas
Asosiasi bebas adalah
suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan
emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatic dimasa lampau yang dikenal
dengan katarsis. Selama proses asosiasi bebas berlangsung , tugas analisis
adalah mengenali bahan yang direpres dan dikurung didalam ketidaksadaran.
Penghalangan-penghalangan oleh klien terhadap asosiasi-asosiasi merupakan
isyarat bagi adanya bahan yang membangkitkan kecemasan. Analisis menafsirkan
bahan itu dan menyampaikannya kepada klien, membimbing klien kearah peningkatan
pemahaman atas dinamika-dinamika yang mendasarinya yang tidak disadari oleh
klien.
1. Analisis
penafsiran
Teknik yang digunakan
oleh terapis untuk menganalisis asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan
transferensi perasaan klien dengan tujuan untuk menemukan materi yang tidak
disadari. Dengan demikian ego klien dapat mencerna materi tersebut melalui
pemahaman baru dengan penuh kesadaran
2. Analisis
mimpi
Sebuah prosedur yang
penting untuk menyingkap bahan yang tidak disadari dan memberikan klien
pemhaman atas masalah yang tidak terselesaikan. Freud memandang mimpi-mimpi
sebagai jalan istimewa menuju ketidaksadaran. Karena didalam mimpi terungkap
hasrat, kebutuhan dan ketakutan yang tidak disadari.
3. Analisis
resistensi
Freud memandang
resistensi sebagai dinamika tak sadar yang digunakan oleh klien sebagai pertahanan
terhadap kecemasan yang tidak bisa dibiarkan. Akan meningkat jika klien sadar
atas dorongan depresi itu. Resistensi bukan hanya sesuatu yang harus diatasi,
tetapi harus dilihat sebagai alat bertahan terhadap kecemasan yang dapat
mengambat klien untuk mengalami kehidupan yang memuaskan.
4. Analisis
transferensi
Transferensi dilakukan
dengan mengusahakan agar klien mampu mengembangkan transferensinya untuk
mengungkap kecemasan yang dialami pada masa kanak-kanak. Jika transferensi
tidak ditangani dengan baik maka klien dapat menolak perlakuan terapis dan
proses terapis dapat dirasakan sebagai hukuman. Oleh karena itu terapis harus
bersifat objektif, metral, anonim dan pasif.
b. Pendekatan
Psikologi Belajar dalam Psikoterapi
Pendekatan ini berfokus pada hukum
pembelajaran, bahwa perilaku seseorang dengan semua aspeknya sekarang ini
adalah hasil dari proses belajar dan hal ini diperoleh dalam interaksinya
dengan dunia luar. Tokoh yang melahirkan teori-teori belajar adalah Skinner,
Albert Bandura dan masih banyak lagi.
Skinner
Operant conditioning merupakan penguatan
yang dapat mengahsilkan perilaku yang diharapkan, serta pemanfaatan situasi
diluar klien yang dapat memperkuat perilaku klien yang dapat dikehendaki.
Penguatan hendaknya sesuai dengan kebutuhan anak yang diberikan secara
sistematis dan untuk itu terapis harus mengetahui kapan dan bagaimana penguatan
itu diberikan dan merancang perilaku yang memerlukan penguatan. Contohnya seorang
anak yang malas membersihkan kamarnya, orang tuanya akan memberikan koin
apabila anaknya mau membersihkan kamar. Namun apabila anak itu tidak mau
membersihkan kamar, tidak akan mendapatkan koin dari orang tuanya.
Albert
Bandura Social learning
theory (teori sosial-belajar) menolak suatu konsep bahwa manusia adalah pribadi
yang mekanistik dengan model perilakunya yang deterministik, karena pada
manusia ada kebebasan dalam menghadapi rangsangan dari lingkungan dan bukan
semata-mata sebagai subjek yang pasif. Menurut bandura, sebagian besar
tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan (imitation) maupun penyajian
contoh perilaku (modelling). Contohnya orang tua dan guru memainkan peranan
penting sebagai seorang model atau tokoh bagi anak untuk menirukan perilaku
membaca. Anggota keluarga yang dilihat oleh anak sering membaca atau memegang
buku di rumah akan merangsang anak untuk mencoba mengenal buku.
c.
Pendekatan
Humanistik dalam Psikoterapi
Pendekatan
ini menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap manusia sebenarnya
mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Oleh karena itu dalam terapi
humanistik, seorang psikoterapis berperan sebagai fasilitator perubahan saja,
bukan mengarahkan perubahan. Psikoterapis tidak mencoba untuk mempengaruhi
klien, melainkan memberi kesempatan klien untuk memunculkan kesadaran dan
berubah atas dasar kesadarannya sendiri.
Carl Rogers
Seorang
psikolog humanistik, Rogers menekankan pentingnya relasi antarpribadi dengan
sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapis) dalam
membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya serta dalam
mempermudah perkembangan kepribadian. Rogers meyakini bahwa klien sebenarnya
memiliki jawaban sendiri atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapis
hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers,
teknik-teknik assesmen dan pendapat terapis bukanlah hal yang penting dalam
treatment kepada klien. Rogers menjelaskan bahwa dalam diri seseorang terdapat
konsep diri yang real dan konsep diri yang ideal. Bentuk konsep diri yang incongruence dapat
berupa mekanisme pembelaan diri yaitu:
a. Penyimpangan
atau distorsi, sebuah konsep diri yang sebenarnya tidak cocok dengan feeling
selfnya, namun dipaksakan supaya cocok.
b. Penyangkalan
(denial), suatu upaya untuk mempertahankan integritas konsep dirinya dengan
menolak secara sadar pengalaman pengalaman yang berbahaya dengan memalsukan
realitas bahwa pengalaman tersebut tidak ada.
d.
Pendekatan
Kognitif dalam Psikoterapi
Terapi kognitif punya konsep bahwa perilaku
manusia itu dipengaruhi oleh pikirannya. Oleh karena itu pendekatan kognitif
terapi lebih fokus pada memodifikasi pola pikiran untuk bisa mengubah perilaku.
Pandangan ini berasumsi bahwa disfungsi pikiran menyebabkan disfungsi perasaan dan
disfungsi perilaku. Tokoh besar dalam kognitif terapi antara lain Albert Ellis.
Ia menyatakan bahwa secara alamiah setiap manusia adalah irasional. Dimana
ketika seseorang dikuasai pemikiran irasional, maka pemikiran tersebut akan
mengarahkan kepada kebencian diri. Kebencian diri selanjutnya akan mengarahkan
kepada perilaku merusak diri ( self distructive) dan kemudian secepatnya
menumbuhkan kebencian kepada orang lain. Rational Emotive Therapy (RET)
merupakan terapi yang diberikanseorang terapis kepada klien nya agar klien
dapat berpikir secara rasional. RET ini dibangun atas dasar filosofi “apa yang
menggangu jiwa manusia bukanlah peristiwa-peristiwa yang dialaminya, tetapi
bagaimana manusia itu mereaksi dan berprasangka terhadap peristiwa tersebut. RET
ini berfokus pada peristiwa yang dialami saat ini, bukan peristiwa masa lalu
seperti psikoanalisa.
2.
Contoh kasus yang
dapat ditangani dalam pendekatan psikoterapi
a.
Kasus psikodinamika : klien
pernah mengalami trauma diperkosa oleh pamannya sehingga sangat membenci
pamannya dan berusaha melupakannya. Terapis mencoba menggali informasi dengan
membuat klien mengingatnya sehingga memancing emosi klien maka klien diberikan
katarsis (pelampiasan) yaitu sebuah ruangan dimana klien dapat mengekspresikan
kemarahannya seperti berteriak sekeras-kerasnya didalam ruangan katarsis atau
meninju boneka. Ini merupakan contoh kasus dari asosiasi bebas dimana klien
dibiarkan untuk memunculkan ketidaksadarannya. Hal ini berkaitan dengan proses
katarsis.
b.
Kasus
behavioristik
Klien mempunyai trauma terhadap tikus sehingga ia
sangat takut kepada tikus. Disini terapis berusaha menyembuhkan masalah klien
dengan menghadapkan klien pada sampel dari hal yang ditakuti oleh klien.
Pertama terapis memberikan klien gambar tikus yang kecil, gambar tikus yang
besar, gantungan kunci tikus, boneka tikus hingga pada tikus sungguhan. Klien
harus dapat melewati pemaparan untuk menunjukkan bahwa klien telah siap
melanjutkan pemaparan berikutnya tanpa memberikan reaksi ketakutan.
c.
Kasus
humanistic
Klien memiliki permasalahan pada konsep dirinya
yaitu incongruence (pertentangan batin), klien sebenarnya sangat kesal dengan
orang tuanya, karena memaksa klien untuk mengambil kuliah jurusan akutansi.
Padahal klien paling membenci menghitung, karena tekanan orang tuanya klien
tersebut terpaksa harus masuk kuliah jurusan akutansi. Tetapi karena adanya
mekanisme rasionalisasi, klien tersebut tidak boleh kesal dengan orang tuanya,
walau bagaimanapun juga mereka tetap orang tua yang harus dihormati dan
dihargai keputusannya.
d.
Kasus
kognitif
Klien mengalami peristiwa “gagal dalam ujian
matematika”. Karena hal tersebut klien jadi memiliki keyakinan irasional
didalam dirinya “saya gagal tes, berarti saya sebagai orang yang mengalami
kegagalan total”. Hasil dari pemikiran klien tersebut membuatnya merasa
tertekan. Dalam peristiwa ini terapis menggunakan Rational Emotive Therapy
untuk membantu klien agar dapat berpikir secara rasional terhadap peristiwa yang
dialami saat ini.
3.
Pandangan mengapa
kasus-kasus diatas dapat ditangani oleh pendekatan-pendekatan dibawah ini
a.
Psikodinamika : karena didalam pendekatan psikodinamika, klien
dapat menyadari apa yang sebelumnya tidak disadarinya. Gangguan psikologis mencerminkan
adanya masalah dibawah sadar yang belum terselesaikan. Untuk itu klien perlu
menggali bawah sadarnya untuk mendapatkan solusi. Dengan memahami masalah yang
dialami, maka seseorang dapat mengatasi segala masalahnya melalui insight atau
pemahaman pribadi.
b.
Behavioristik : karena dalam pendekatan behavioristik, membantu
klien untuk menghilangkan perilaku yang maladaptif dan lebih banyak mempelajari
perilaku yang efektif. Serta menghilangkan kesalahan dalam belajar dan
berperilaku, mengganti dengan pola-pola perilaku yang lebih bis menyesuaikan.
c.
Humanistik : karena dalam pendekatan humanistik, membantu klien untuk
memberikan jalan terhadap potensi yang dimiliki seseorang menemukan sendiri
arahnya secara wajar dan menemukan dirinya sendiri yang nyata atau yang ideal
dan mengeksplorasi emosi yang majemuk serta member jalan bagi pertumbuhan
dirinya yang unik.
d.
Kognitif : karena dengan pendekatan kognitif klien dapat
mengubah pola pikir dengan cara meningkatkan kesadaran dan berpikir rasional.
Referensi :
Adi, K. (2013).
Esensial Konseling: Pendekatan
Traint and Factor dan Client Centered. Yogyakarta : Garudhawaca.
Gunarsa,
S, (2007). Konseling dan Psikoterapi.
Jakarta : Gunung Mulia.
Semium, Y. (2006). Teori kepribadian dan terapi psikoanalitik Freud. Yogyakarta : Kanisius.
Suryabrata, S. (2005). Psikologi kepribadian. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada.
Anonim.(2009).Psikoterapi.
http://psychologygroups.blogspot.com/2009/03/psikoterapi.html.
diakses tanggal 20 Maret 2015.
Tri Abdul.
(20014). Teori Belajar Sosial (Social Learning Teory) Albert Bandura. http://tasawuf-psikoterapi-2012-ush-stainta.blogspot.com/2014/03/teori-belajar-sosial-social-learning_28.html.
diakses tanggal 21 maret 2015