Sabtu, 28 Maret 2015

PSIKOTERAPI ???



Psikoterapi adalah terapi yang dilakukan secara psikologis terhadap gangguan atau hambatan psikis yang dialami klien, yang dilakukan oleh tenaga-tenaga psikolog yang sudah terlatih dengan baik. Yaitu tenaga yang memiliki keahlian profesi psikologi, mempunyai pemahaman terapi psikologis, dan mempunyai kewenangan untuk bertanggung jawab terhadap proses psikoterapi.
1.      Dibawah ini merupakan jenis-jenis pendekatan yang ada didalam psikoterapi:
a.      Pendekatan Psikodinamika dalam Psikoterapi
Pendekatan ini fokus pada mengubah masalah perilaku, perasaan dan pikiran dengan cara memahami masalah yang biasanya tersembunyi di pikiran bawah sadar. Psikodinamika pertama kali diciptakan oleh Sigmund Freud (1856-1939), beliau merupakan sorang neurologis dari Austria.
Menurut Freud kepribadian terdiri atas tiga aspek, yaitu:
a.       Das Es (the id) merupakan aspek biologis yang dibawa sejak lahir atau kebutuhan yang ingin dipenuhi.
b.      Das Ich (the ego) merupakan aspek psikologis yang bertugas sebagai pelaksana kebutuhan (id)
c.       Das Ueber Ich (the superego) merupakan aspek sosiologis yang mengontrol baik-buruk, boleh-tidaknya sesuatu dorongan ego agar tidak bertentangan dengan moral/norma.
Terdapat lima etode metode yang digunakan freud untuk trapeutik  adalah  asosiasi bebas , analisis mimpi, analisis resistensi, analisis transferensi, penafsiran :
1.      Asosiasi Bebas
Asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatic dimasa lampau yang dikenal dengan katarsis. Selama proses asosiasi bebas berlangsung , tugas analisis adalah mengenali bahan yang direpres dan dikurung didalam ketidaksadaran. Penghalangan-penghalangan oleh klien terhadap asosiasi-asosiasi merupakan isyarat bagi adanya bahan yang membangkitkan kecemasan. Analisis menafsirkan bahan itu dan menyampaikannya kepada klien, membimbing klien kearah peningkatan pemahaman atas dinamika-dinamika yang mendasarinya yang tidak disadari oleh klien.
1.      Analisis penafsiran
Teknik yang digunakan oleh terapis untuk menganalisis asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi perasaan klien dengan tujuan untuk menemukan materi yang tidak disadari. Dengan demikian ego klien dapat mencerna materi tersebut melalui pemahaman baru dengan penuh kesadaran
2.      Analisis mimpi
Sebuah prosedur yang penting untuk menyingkap bahan yang tidak disadari dan memberikan klien pemhaman atas masalah yang tidak terselesaikan. Freud memandang mimpi-mimpi sebagai jalan istimewa menuju ketidaksadaran. Karena didalam mimpi terungkap hasrat, kebutuhan dan ketakutan yang tidak disadari.
3.      Analisis resistensi
Freud memandang resistensi sebagai dinamika tak sadar yang digunakan oleh klien sebagai pertahanan terhadap kecemasan yang tidak bisa dibiarkan. Akan meningkat jika klien sadar atas dorongan depresi itu. Resistensi bukan hanya sesuatu yang harus diatasi, tetapi harus dilihat sebagai alat bertahan terhadap kecemasan yang dapat mengambat klien untuk mengalami kehidupan yang memuaskan.
4.      Analisis transferensi
Transferensi dilakukan dengan mengusahakan agar klien mampu mengembangkan transferensinya untuk mengungkap kecemasan yang dialami pada masa kanak-kanak. Jika transferensi tidak ditangani dengan baik maka klien dapat menolak perlakuan terapis dan proses terapis dapat dirasakan sebagai hukuman. Oleh karena itu terapis harus bersifat objektif, metral, anonim dan pasif.

b.      Pendekatan Psikologi Belajar dalam Psikoterapi
Pendekatan ini berfokus pada hukum pembelajaran, bahwa perilaku seseorang dengan semua aspeknya sekarang ini adalah hasil dari proses belajar dan hal ini diperoleh dalam interaksinya dengan dunia luar. Tokoh yang melahirkan teori-teori belajar adalah Skinner, Albert Bandura dan masih banyak lagi.
Skinner
Operant conditioning merupakan penguatan yang dapat mengahsilkan perilaku yang diharapkan, serta pemanfaatan situasi diluar klien yang dapat memperkuat perilaku klien yang dapat dikehendaki. Penguatan hendaknya sesuai dengan kebutuhan anak yang diberikan secara sistematis dan untuk itu terapis harus mengetahui kapan dan bagaimana penguatan itu diberikan dan merancang perilaku yang memerlukan penguatan. Contohnya seorang anak yang malas membersihkan kamarnya, orang tuanya akan memberikan koin apabila anaknya mau membersihkan kamar. Namun apabila anak itu tidak mau membersihkan kamar, tidak akan mendapatkan koin dari orang tuanya.
Albert Bandura Social learning theory (teori sosial-belajar) menolak suatu konsep bahwa manusia adalah pribadi yang mekanistik dengan model perilakunya yang deterministik, karena pada manusia ada kebebasan dalam menghadapi rangsangan dari lingkungan dan bukan semata-mata sebagai subjek yang pasif. Menurut bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan (imitation) maupun penyajian contoh perilaku (modelling). Contohnya orang tua dan guru memainkan peranan penting sebagai seorang model atau tokoh bagi anak untuk menirukan perilaku membaca. Anggota keluarga yang dilihat oleh anak sering membaca atau memegang buku di rumah akan merangsang anak untuk mencoba mengenal buku.

c.       Pendekatan Humanistik dalam Psikoterapi
Pendekatan ini menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap manusia sebenarnya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Oleh karena itu dalam terapi humanistik, seorang psikoterapis berperan sebagai fasilitator perubahan saja, bukan mengarahkan perubahan. Psikoterapis tidak mencoba untuk mempengaruhi klien, melainkan memberi kesempatan klien untuk memunculkan kesadaran dan berubah atas dasar kesadarannya sendiri.
Carl Rogers
Seorang psikolog humanistik, Rogers menekankan pentingnya relasi antarpribadi dengan sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapis) dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya serta dalam mempermudah perkembangan kepribadian. Rogers meyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban sendiri atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapis hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik assesmen dan pendapat terapis bukanlah hal yang penting dalam treatment kepada klien. Rogers menjelaskan bahwa dalam diri seseorang terdapat konsep diri yang real dan konsep diri yang ideal.  Bentuk konsep diri yang incongruence dapat berupa mekanisme pembelaan diri yaitu:
a.       Penyimpangan atau distorsi, sebuah konsep diri yang sebenarnya tidak cocok dengan feeling selfnya, namun dipaksakan supaya cocok.
b.      Penyangkalan (denial), suatu upaya untuk mempertahankan integritas konsep dirinya dengan menolak secara sadar pengalaman pengalaman yang berbahaya dengan memalsukan realitas bahwa pengalaman tersebut tidak ada.

d.      Pendekatan Kognitif dalam Psikoterapi
Terapi kognitif punya konsep bahwa perilaku manusia itu dipengaruhi oleh pikirannya. Oleh karena itu pendekatan kognitif terapi lebih fokus pada memodifikasi pola pikiran untuk bisa mengubah perilaku. Pandangan ini berasumsi bahwa disfungsi pikiran menyebabkan disfungsi perasaan dan disfungsi perilaku. Tokoh besar dalam kognitif terapi antara lain Albert Ellis. Ia menyatakan bahwa secara alamiah setiap manusia adalah irasional. Dimana ketika seseorang dikuasai pemikiran irasional, maka pemikiran tersebut akan mengarahkan kepada kebencian diri. Kebencian diri selanjutnya akan mengarahkan kepada perilaku merusak diri ( self distructive) dan kemudian secepatnya menumbuhkan kebencian kepada orang lain. Rational Emotive Therapy (RET) merupakan terapi yang diberikanseorang terapis kepada klien nya agar klien dapat berpikir secara rasional. RET ini dibangun atas dasar filosofi “apa yang menggangu jiwa manusia bukanlah peristiwa-peristiwa yang dialaminya, tetapi bagaimana manusia itu mereaksi dan berprasangka terhadap peristiwa tersebut. RET ini berfokus pada peristiwa yang dialami saat ini, bukan peristiwa masa lalu seperti psikoanalisa.

2.      Contoh kasus yang dapat ditangani dalam pendekatan psikoterapi
a.      Kasus psikodinamika : klien pernah mengalami trauma diperkosa oleh pamannya sehingga sangat membenci pamannya dan berusaha melupakannya. Terapis mencoba menggali informasi dengan membuat klien mengingatnya sehingga memancing emosi klien maka klien diberikan katarsis (pelampiasan) yaitu sebuah ruangan dimana klien dapat mengekspresikan kemarahannya seperti berteriak sekeras-kerasnya didalam ruangan katarsis atau meninju boneka. Ini merupakan contoh kasus dari asosiasi bebas dimana klien dibiarkan untuk memunculkan ketidaksadarannya. Hal ini berkaitan dengan proses katarsis.

b.      Kasus behavioristik
Klien mempunyai trauma terhadap tikus sehingga ia sangat takut kepada tikus. Disini terapis berusaha menyembuhkan masalah klien dengan menghadapkan klien pada sampel dari hal yang ditakuti oleh klien. Pertama terapis memberikan klien gambar tikus yang kecil, gambar tikus yang besar, gantungan kunci tikus, boneka tikus hingga pada tikus sungguhan. Klien harus dapat melewati pemaparan untuk menunjukkan bahwa klien telah siap melanjutkan pemaparan berikutnya tanpa memberikan reaksi ketakutan.
c.       Kasus humanistic
Klien memiliki permasalahan pada konsep dirinya yaitu incongruence (pertentangan batin), klien sebenarnya sangat kesal dengan orang tuanya, karena memaksa klien untuk mengambil kuliah jurusan akutansi. Padahal klien paling membenci menghitung, karena tekanan orang tuanya klien tersebut terpaksa harus masuk kuliah jurusan akutansi. Tetapi karena adanya mekanisme rasionalisasi, klien tersebut tidak boleh kesal dengan orang tuanya, walau bagaimanapun juga mereka tetap orang tua yang harus dihormati dan dihargai keputusannya.
d.      Kasus kognitif
Klien mengalami peristiwa “gagal dalam ujian matematika”. Karena hal tersebut klien jadi memiliki keyakinan irasional didalam dirinya “saya gagal tes, berarti saya sebagai orang yang mengalami kegagalan total”. Hasil dari pemikiran klien tersebut membuatnya merasa tertekan. Dalam peristiwa ini terapis menggunakan Rational Emotive Therapy untuk membantu klien agar dapat berpikir secara rasional terhadap peristiwa yang dialami saat ini.
3.      Pandangan mengapa kasus-kasus diatas dapat ditangani oleh pendekatan-pendekatan dibawah ini
a.       Psikodinamika : karena didalam pendekatan psikodinamika, klien dapat menyadari apa yang sebelumnya tidak disadarinya. Gangguan psikologis mencerminkan adanya masalah dibawah sadar yang belum terselesaikan. Untuk itu klien perlu menggali bawah sadarnya untuk mendapatkan solusi. Dengan memahami masalah yang dialami, maka seseorang dapat mengatasi segala masalahnya melalui insight atau pemahaman pribadi.
b.      Behavioristik : karena dalam pendekatan behavioristik, membantu klien untuk menghilangkan perilaku yang maladaptif dan lebih banyak mempelajari perilaku yang efektif. Serta menghilangkan kesalahan dalam belajar dan berperilaku, mengganti dengan pola-pola perilaku yang lebih bis menyesuaikan.
c.       Humanistik : karena dalam pendekatan humanistik, membantu klien untuk memberikan jalan terhadap potensi yang dimiliki seseorang menemukan sendiri arahnya secara wajar dan menemukan dirinya sendiri yang nyata atau yang ideal dan mengeksplorasi emosi yang majemuk serta member jalan bagi pertumbuhan dirinya yang unik.
d.      Kognitif : karena dengan pendekatan kognitif klien dapat mengubah pola pikir dengan cara meningkatkan kesadaran dan berpikir rasional.







Referensi :

Adi, K. (2013). Esensial Konseling: Pendekatan Traint and Factor dan Client Centered. Yogyakarta : Garudhawaca.
Gunarsa, S, (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : Gunung Mulia.
Semium, Y. (2006). Teori kepribadian dan terapi psikoanalitik Freud. Yogyakarta : Kanisius.
Suryabrata, S. (2005). Psikologi kepribadian. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Anonim.(2009).Psikoterapi. http://psychologygroups.blogspot.com/2009/03/psikoterapi.html. diakses tanggal 20 Maret 2015.
Tri Abdul. (20014). Teori Belajar Sosial (Social Learning Teory) Albert Bandura. http://tasawuf-psikoterapi-2012-ush-stainta.blogspot.com/2014/03/teori-belajar-sosial-social-learning_28.html. diakses tanggal 21 maret 2015